Rabu, 24 Desember 2008

Apa Salah Nabi Nuh ?

Apa salah nabi Nuh as sehingga anaknya tidak iman ?
Apa kualitas bibitnya kurang baik sehingga anak nabi Nuh as tidak iman ?
Kurangkah pendidikan dari nabi Nuh as sehingga anaknya tidak iman ?
Tidak ! jawaban atas semua pertanyaan di atas adalah TIDAK !

Jadi, yang namanya nabi itu bertugas sebatas naba’a, cerita-cerita, mengungkap kebaikan di masanya, ndongeng-ndongeng, ngomong-ngomongi, nutur-nuturi. Hanya sebatas itu. Semua ajakan tentang kebaikan tentunya.

Perkara hidayah (petunjuk jalan terang bercahaya menyilaukan), perkara pemahaman, pengertian, bersinarnya hati…semuanya Wallahu alam ! Hanya Allah thok yang tahu, menjadi urusan Allah thok. Nabi, rasul, kyai, penceramah, ustad tidak punya hak (wewenang) pun juga kebisaan untuk mencerahkan seseorang. Tugas mereka semua hanyalah sebatas sebar “dhawuh”, perkara iman atau tidaknya seseorang bukan menjadi urusannya.

Lantas, jangan diukur dengan takaran manusia awam bahwa menjadi guru begitu mulia lalu merasa berjasa dan kemudian besar kepala. Nabi tidak seperti itu, blas tidak punya pemikiran seperti itu. Bagi nabi, semua adalah “Lillahi ta’ala”, artinya semua karena Allah yang menggerakkan, jadi dia tinggal bilang “Alhamdulillah” saja.

Maka itu, sebagai orang tua, sebagai orang yang bertugas memberikan sesuatu (membagi dawuh Allah) kepada orang lain, haruslah “Lillahi ta’ala” pula, bukan kemudian “Li surga” atau “Li fulus” “Li terkenal” atau sejenisnya.

Bila sudah demikian tidak ada lagi ragu-ragu, tidak ada lagi rasa was-was, tidak ada lagi perasaan bersalah bila umatnya tidak manut (nurut) segala omongannya. Sebab dia sadar bahwa tidak nurutnya umat juga karena Allah yang menggerakkan, demikian juga nurutnya umat juga bukan karena kalimatnya yang manjur, semua karena Allah yang menggerakkan.

Oleh karenanya janganlah sekali-kali memvonis orang lain dengan kalimat-kalimat semacam kafir, atheis, su’ul adab dan lain sebagainya. Sebab mereka akan melakukan pembalasan seperti yang telah kita lakukan terhadap mereka. Jadi boleh dikatakan penyebab kekafiran mereka adalah kita yang telah menuduhnya sebagai kafir. Biarkan saja mereka seperti itu, semua sudah ada yang mengatur. Sabda Allah “Nanti di hadapanku akan Aku jelaskan perkara yang benar bagi mereka” (QS Al An am 108).

Lakukan tugasmu sesuai dengan kebutuhanmu, jangan sekali-kali mengingkari kebutuhan, sebab orang yang mengingkari kebutuhan pribadinya, dhohiron wa batinan pertanda dia tidak “bertaqwa”

Wallahu alam
Kajang, 22 Juni 2008
15.02 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar